Hot News

ITB Segera Realisasikan "Agriculture Park"

Selasa, 03 Agustus 2010 16:15 WIB      0 Komentar        
ITB Segera Realisasikan Agriculture Park
Prof Akhmaloka Phd (Paling Kanan)--ANTARA/sa
BANDUNG--MI: ITB menyatakan siap merealisasikan konsep "agriculture park" di lahan bekas Universitas Winayamukti Jatinangor, jika pihak pemerintah provinsi Jawa Barat telah melimpahkan kewenangan sepenuhnya kepada ITB.

"Tinggal menunggu pelimpahan dari Pemprov, untuk merealisasikan kampus baru ITB disana, yang pasti kami sudah memiliki 'grand design' pengembangan kampus tersebut selanjutnya," kata Rektor ITB Prof Akhmaloka Phd, di Sabuga Bandung, Selasa (3/8).

Ia menegaskan, kampus ITB di Jatinangor akan diwujudkan sebagai "natural atau agriculture park", dengan prinsip perguruan tinggi yang dekat dengan alam atau kegiatan sosiokultur masyarakat. Lebih lanjut dirincinya, karena basis ITB adalah sains dan Teknologi, maka besar kemungkinan akan dibuka fakultas dan jurusan baru diluar disiplin ilmu tersebut, namun benang merahnya masih mengacu pada sains sebagai cirikhas ITB.

"Kemungkinan akan dibuka jurusan baru seperti ekonomi, pertanian, tapi akan coba kita padukan menjadi sains ekonomi atau agro teknologi, sehingga ruh ITB sebagai sekolah Iptek masih ada," tambahnya.

Akhmaloka juga menyebutkan, masih banyak kemungkinan yang akan diterapkan pada kampus ITB Jatinangor ini. Wacananya, apakah mahasiswa eksisting akan tetap bertahan di Ganesha atau kemungkinan juga dialihkan ke lokasi baru, berikut mahasiswa yang baru masuk. "Kami masih menunggu kewenangan sepenuhnya, sehingga dapat diputuskan opsi manakah yang selayaknya diterapkan untuk kampus ITB Jatinangor," paparnya.

Di lain pihak, Ketua Wali Amanah ITB, Yani Panigoro juga menambahkan, pembukaan kampus baru ITB ini masih memiliki waktu yang cukup panjang untuk berbenah dan mempersiapkan grand design yang benar benar matang. "Kami diberikan waktu hingga 2013 untuk memanfaatkannya sebagai masa transisi. Sejauh ini kordinasi antara pihak pemrov Jabar dan ITB berjalan baik, tinggal menunggu momen yang resmi kami umumkan," jelas Yani.

"Masih banyak yang harus kami persiapkan secara matang, seperti renovasi, sumber daya manusia serta kordinasi dengan beberapa pihak terkait. Tim eksekutif ITB akan segera mengumumkan perihal kesiapan lokasi eks unwim tersebut. (Ant/sa/OL-04)

Pemilik Kos- Kosan Di Jatinangor Kurang Peduli Lingkungan

Kab. Sumedang, Buser Trans,.
Kecamatan Jatinangor berada di Kabupaten Sumedang, kawasan tersebut pertubuhan ekonominya dianggap cukup pesat, selain itu ada beberapa universitas yang menjadi setra pendidikan bagi para mahasiswa yang menuntut ilmu dari berbagai daerah, sehingga memicu laju perekonomian bagi lingkungan itu sendiri, dengan demikian rencana konsep Kawasan Perkotaan Jatinangor (KPJ) dirasa sangat pas bagi Jatinangor yang memiliki 12 Desa dengan jumlah penduduk hampir 90.000 jiwa, kendati demikian hingga saat ini perwujudan  KPJ tersebut belum digulirkan juga.
Dengan pesatnya pertubuhan ekonomi banyak investor yang tertarik berinvestasi, salah satunya dengan membangun bisnis sewa rumah (indekost), walaupun demikian rata-rata pemiliknya bukan asli daerah tersebut.
Camat Jatinangor Nandang Suparman saat dikonfirmasi terkait banyaknya rumah sewaan yang liar tanpa ijin dan disalahgunakan menurut informasi akan segera di rajia, namun pihaknya membantah hal tersebut dan dikatakanya bahwa selama ini Jatinangor cukup kondusip “sejauh ini belum ada rencana untuk rajia tempat kos…….,”jelasnya, tetapi diakuinya pihaknya kesulitan jika mendata para pemilik untuk kepentingan pemerintah kecamatan.
“Pemilik rumah tempat kos-kosan 80% rata-rata tidak ada di disini, yang ada hanya penjaganya saja sehingga pemerintah kecamatan kesulitan untuk bertemu”tambanya. Namun tidak hanya itu saja pemilik kontrakan kurang peduli dengan lingkungan itu sendiri, salah satu contohnya ada jalan yang rusak parah padahal kiri kanan jalan tersebut rumah kontrakan berjejer cukup mewah.
Dari hasil pendataan pihak kecamatan sebelumnya pemilik tempat kos-kosan di Kecamatan Jatinangor mencapai 200 orang, tapi bisa lebih jika dilakukan pendatan kembali.(Kos/Buser Trans)



Sabtu, 04 Desember 2010
Kos Penyebab Banjir di Jatinangor
HUJAN yang mengguyur kawasan Jatinangor dalam tiga hari ini menyebabkan banjir hingga merendam ribuah rumah di sejumlah desa.

Banyak anggapan penyebab banjir tersebut karena penyempitan dan pendangkalan Sungai Cikeruh. Dengan demikian, ketika daerah aliran sungai itu diguyur hujan lebat dengan curah hujan tinggi, sungai yang bermuara ke Sungai Citarik itu meluap dan menggenangi permukiman penduduk di sekitarnya.

Ada juga yang menyebut melubernya air ke permukiman warga lantaran sangat kurangnya penghijauan di lahan-lahan bagian hulu Cikeruh. Saluran drainase di sepanjang jalan penghubung antarlokasi di perbukitan kurang memadai sehingga air cileuncang sering meluber ke lahan pertanian dan serentak membawa material erosi ke Sungai Cikeruh.

Alasan itu tidak salah. Namun selain faktor tersebut, banjir pun disebabkan keberadaan tempat-tempat kos mewah yang kini bermunculan di Jatinangor. Gedung-gedung yang menjulang tinggi itu menyebabkan banyak penyempitan saluran air. Sehingga ketika air dari jalan meluber ke rumah penduduk, tidak langsung masuk ke sungai, melainkan diam tempat. Akibatnya, ribuan rumah terendam. Ironisnya, rumah-rumah yang kakeueum cai itu hampir seluruhnya milik warga asli Jatinangor.

Menurut Rudi Setiadi, tokoh pemuda yang juga Ketua Karang Taruna Desa Cikeuruh, Jumat (3/12), mengungkapkan, sangatlah wajar apabila korban banjir itu warga asli. Pasalnya, mereka mendiami rumah yang dikelilingi kos-kosan mewah nan megah. "Walaupun Jatinangor diterjang banjir, para pendatang tidak akan terpengaruh. Sebab, mereka menghuni kos-kosan yang bangunannya kokoh dan terdiri beberapa lantai. Jadi ketika banjir datang, biasanya para penghuni tinggal naik ke lantai atas dan menonton warga yang ada di pinggirnya pontang-panting lari menyelamatkan diri," ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Forum Rakyat Bersatu untuk Keadilan (Forrbeka), Sitam Rasyid mengatakan, banjir yang terjadi di kawasan pendidikan itu telah mendatangkan penderitaan dan kerugian yang tidak sedikit. Hal itu seharusnya menjadi tanggung jawab bersama antara warga asli maupun pendatang yang meraup keuntungan dari Jatinangor. "Tanpa disadari, banjir tersebut merupakan ulah dari para pendatang yang hidupnya tidak lagi memperhatikan sekitar. Dengan adanya bencana seperti itu seharusnya mereka turut bertanggung jawab dan meringankan beban para korban," kata Sitam.

Menurut planolog Iwan Kustiwan, untuk mengantisipasi banjir yang terus berulang perlu langkah terintegrasi dengan meminimalkan potensi bencana. Revitalisasi lahan penyerap air bisa menjadi salah satu aspek untuk itu," ujar Iwan.

Ia mengungkapkan, langkah pembangunan tanggul harus ditempuh untuk memperbaiki tanggul yang rusak karena banjir. Hal itu bertujuan untuk mencegah terjadinya banjir di tempat yang sama. "Tanggul yang rusak memang harus tetap dibangun. Namun, selama tidak ada penanganan terintegrasi antarwilayah, masalah akan tetap berulang," ujarnya.
(mirza/"GM")**
http://www.klik-galamedia.com/indexnews.php?wartakode=20101204084700&idkolom=jatinangor

Pendirian Kampus ITB di Kawasan Jatinangor Butuh Rp 1 Triliun

BANDUNG, (PR).-
Pembangunan fisik Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) di kawasan Jatinangor membutuhkan biaya sampai Rp l triliun. Selain meminta bantuan pemerintah pusat, ITB juga akan berupaya melibatkan swasta dalam pembangunan kampus yang sebelumnya merupakan Universitas Winaya Mukti tersebut.
Hal itu dikatakan Rektor ITB Ulmi.duk.i. saat ditemui di sela-sela kegiatan Pasar Seni ITB di Jln. Ganeca, Bandung, Minggu (10/10). Dia mengatakan, saat ini ITB berusaha mencari dana untuk pembangunan Kampus Unwim tersebut. "Jika pembangunan sesuaidengan apa yang kita rencanakan maka membutuhkan dana sebanyak Rp 1 triliun untuk pembangunan fisiknya saja," katanya.
Untuk mencari dana tersebut. Institut Teknologi Bandung telah melakukan pembicaraan dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) serta Kementerian Pendidikan Nasional. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bantuan dana tersebut juga berasal dari swasta. Misalnya dari alumni seperti yang sudah sering dilakukan untuk pembangunan Kampus ITB.
Namun, Akhmaloka tidak menyebutkan secara detail pembangunan apa saja yang akan dilakukan di Kampus ITB. Tim khusus yang dibentuk setelah adanya nota kerja sama antara ITB dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk pengalihan pengelolaan Kampus Unwim akan membuat grand design bangunan.
Ketika dikonfirmasi mengenai adanva perseteruan antara DPRD dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengenai Un-wim, Akhmaloka berkata bahwa ITB hanya menjalankan program yang sudah diamanatkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. "Bila ada sesuatu, itu antara Pemprov Jabar dan Unwim. Kita sekarang lebih fokus ke pembangunan kampus tersebut saja," ujarnya.
Kampus Walini
Selain Kampus Jatinangor, ITB juga berencana untuk terus memperluas lahan kampusnya. Ketika dikonfirmasi mengenai kemungkinan pembangunan Kampus ITB di Kota Baru Walini, Akhmaloka mengatakan tidak menutup kemungkinan hal itu terjadi. Namun, saat ini ITB masih menunggu hasil uji kelayakan Kota Baru tersebut oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Ketua Majelis Wali Amanah ITB, Yani Panigoro mengatakan ITB memang sudah berencana memilki kampus di daerah tersebut. Meskipun demikian, dia mengatakan pembangunan kampus tersebut termasuk dalam rencana jangka .panjang. "Kemungkinan baru 2020 ada kampus di sana," ujarnya. (A-185)***
http://bataviase.co.id/node/414816




85 Persen Dosen dan Karyawan Unwim Bergabung ke ITB

BANDUNG, (PRLM).-Sebanyak 242 dari total 291 dosen dan karyawan Universitas Winaya Mukti (Unwim) menyatakan kesediaannya untuk bergabung dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Para dosen dan karyawan Unwim tersebut akan difokuskan untuk mengelola Kampus ITB Jatinangor terlebih dahulu, yang saat ini masih digunakan sebagai tempat proses belajar mengajar oleh mahasiswa Unwim sampai dua tahun ke depan.
“Bila dipersentasikan jumlah yang bersedia bergabung sekitar 85 persen, terdiri dari dosen Kopertis, dosen Organik, dan karyawan organik,” ujar Penanggung Jawab Kampus ITB Jatinangor Indratmo Soekarno di Bandung, Rabu (13/10).
Menurut dia, hampir semua dosen organik Unwim menyatakan kesediannya untuk bergabung. Sementara 23 orang sisanya merupakan dosen dari Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis )yang sudah berstatus pegawai negeri sipil. Sebelumnya dosen dari Kopertis yang mengajar di Unwim sebanyak 50 orang.
Idratmo menuturkan, kebanyakan dosen Kopertis yang tidak bergabung tersebut disebabkan karena sebelumnya mereka sudah mendapatkan pekerjaan di perguruan tinggi lain. “Kami juga akan melakukan koordinasi dengan Kopertis untuk pengalihan dosen Kopertis ini karena Surat keputusan pemindahannya akan dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Peguruan Tinggi,” katanya.
Dia mengatakan, jumlah tersebut merupakan data yang diterima sampai pukul 16.00 WIB, Selasa (12/10). “Kemarin (selasa) merupakan hari terakhir batas pengumpulan formulir kesediaan,” ujar dia. (A-185/kur)***